Foto Sant'Egidio

Foto Sant'Egidio

Senin, 14 Juni 2010

Goresan Hati


GORESAN HATI
By : Desflora Ginting

Pada hari Minggu, saya dan 2 orang teman saya pergi ke sebuah tempat pelayanan di antara orang jalanan. Kami berencana pergi ke tempat pelayanan hanya sebentar saja, dan sehabis itu kita pergi jalan-jalan menikmati sisa waktu yang ada.

Sekitar 10 menit dalam perjalanan, kami pun telah sampai pada tempat pelayanan yang kami tuju, dimana anak jalanan menunggu belas kasihan dari orang lain untuk kelangsungan hidupnya, mereka duduk di emperan toko yang sedang tutup pada waktu itu.

Saya dan 2 orang teman lainnya mendekati mereka dan bercerita bersama mereka, karena itu adalah kegiatan yang setiap minggunya kita lakukan bersama mereka. Pertama kalinya kami bertemu mereka kami bertanya kepada salah seorang yang bernama Eny “adek apa kabar, semuanya sehat kan?” dan tanpa menunggu lama jawaban itu pun muncul seketika dan berkata “ kami semua sehat kok Mbak, tapi hari senin yang lalu kami itu dikejar dan di tangkap oleh Satpol PP, karena pemerintah melarang kami ada disekitar tempat ini”, Jawaban itu sangat membuat hati saya terluka, karena saya merasa mereka juga pantas dan layaknya untuk hidup, karena Tuhan menciptakan manusia sedemikian rupa, mengapa pemerintah masih terus mengusik mereka?

Setelah lama bercerita bersama mereka, tidak lama kemudian 3 orang pengamen datang berkumpul bersama mereka, mereka berbagi hasil atas apa yang mereka dapatkan. Saya merasa memiliki kekurangan dari mereka, karena kita yang memiliki kelayakan untuk kelangsungan hidup, masih sering menjatuhkan sesama kita, kita sering iri terhadap orang yang memiliki kelebihan dengan kita, dan kita tidak mau berbagi atas apa yang kita punya kepada teman kita, meskipun teman kita dalam keaadaan susah. Saya duduk dan memperhatikan mereka, tiba-tiba seorang dari mereka yang bernama Lukas bertanya kepada saya,”Mbak, kok mau berteman dengan kami, padahal banyak orang yang jijik dan tidak suka berteman dengan kami, kadang melihat kami saja, mereka malah meremehkan kami?” pertanyaan itu muncul membuat hati saya terluka, dan menyadari pernyataan itu benar.

Saya terdiam atas pertanyaan dan sekaligus pernyataan itu, membuat saya diam seribu bahasa, karena awal pertama kami untuk melayani juga demikian, kami melayani karena kami bergabung bersama dengan komunitas Sant’Egidio dimana selalu mengajari kami untuk melayani orang-orang miskin dan orang jalanan. Setelah lama terdiam saya pun menjawab “ Sayang, Kalian semua kan keluarga kami, kalian sangat berarti utuk kami, jadi kami juga butuh untuk mengenal kalian semua kan?” dengan jawaban itu hati kami merasa tergores dan mendapat luka yang sangat dalam, karena rencana kami untuk melayani hanya semata sebagai tugas dari komunitas Sant’Egidio semata, bukan karena kerinduan untuk bertemu dan mengasihi mereka.

Suasana siang itu, kami mendapat banyak pelajaran yang harus kami tiru, suatu pelajaran yang harus kita lakukan untuk bersosialisasi dengan orang-orang disekitar kita. Kami pun terus bermain dan bercerita dengan mereka, tertawa bercanda bersama, dan tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 Wib, tak terasa kami sudah 3 jam bercanda bersama mereka. Dalam perbincangan kami, seorang anak yang bernama Lukas berbicara kembali kepada kami “Mbak, kami salut dan bangga kepada Mbak-mbak semua, karena kalian mau bermain dan bercerita dengan kami, kalian mau menjadi saudara untuk kami., padahal dari dulu setelah kami jauh dari orang tua, kami sangat membutuhkan orang-orang yang peduli dan menyayangi kami, meskipun hanya sedikit saja”, Saya merasa tindakan kami selama ini sudah salah, kami pelayanan hanya mayoritas belaka, kami tidak peduli dengan masalah-masalah yang mereka hadapi.

Dari kejadian tersebut, saya menyadari tujuan dari komunitas Sant’Egidio adalah untuk menjadikan perbadaan itu menjadi indah, karena Tuhan menciptakan kelebihan dan kekurangan agar manusia saling melengkapi satu dengan yang lain, saling memberi dalam kekurang, dan memberi pertolongan bagi orang yang lemah.

Hari pun semakin sore, kami pun akan segera beranjak dari tempat itu, kami memberi salam kepada mereka, mereka menerima salam itu dan mencium tangan kami, dan berkata “Terima kasih mbak, karena sudah mau mecintai dan menyayangi kami, hati-hati ya di jalan” ucapan itu sangat mengharukan bagi saya, dimana mereka mau berbagi bersama kami, mereka tak seperti yang kami bayangkan selama ini, orang yang tidak kami sukai dan bahkan saya pernah berpikir tidak akan pernah berteman dengan mereka.

Saya telah menyadari kekurangan saya, saya tak pernah bersyukur terhadap apa yang saya punya, sedangkan mereka tidur emperan toko-toko, dan mereka tak mengenal hari hujan dan merasa kedinginan, mereka masih bisa bersyukur atas makanan yang mereka makan setiap harinya. Sedangkan saya masih sering merasa kekurangan atas apa yang saya punya, saya sempurna diciptakan Tuhan, tapi saya tak pernah menyadari akan hal itu. Seakrang saya baru menyadari bahwa keluarga saya sangat berarti, Tuhan masih memberi Ayah, Ibu dan saudara yang mencintai saya denan tulus. Saya juga bersyukur kepada Tuhan karena memberi kelayakan untuk kelangsungan hidup keluargaku. Terima kasih Tuhan.